Rabu, 21 November 2012

Joyfull Learning Dengan Kartu Berpasangan

Mengapa memilih model pembelajaran kartu berpasangan ?
Kegiatan belajar pada mata pelajaran Biologi memerlukan pengamatan terhadap objek yang dipelajari baik secara langsung dari lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik ataupun secara tak langsung melalui penggunaan buku dan media presentasi agar peserta didik memahami objek yang dipelajarinya dengan baik dan benar . Penggunaan media presentasi di satu sisi sangat membantu memberikan gambaran visual yang konkret terutama untuk mengamati objek yang sulit diamati, namun penggunaan media presentasi memiliki beberapa kelemahan diantaranya : Kebutuhan akan ketersediaan arus listrik sangat dominan , artinya media presentasi tidak dapat dipakai jika tidak tersedia arus listrik (misalnya arus listrik mati atau ada gangguan arus listrik). Peserta didik kurang terlibat secara aktif dalam menemukan atau memahami suatu konsep materi yang dipelajarinya. Penggunaan media presentasi cenderung membosankan peserta didik jika frekuensi penggunaannya terlalu sering atau jika media presentasi yang ditampilkan berupa bahan ajar yang tidak interaktif ( cenderung informatif ) Penggunaan media presentasi tidak dapat menggali asfek afektif pembelajaran peserta didik secara maksimal. Permasalahan – permasalahan tersebut di atas pada akhirnya menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak dapat mencapai KKM untuk KD tertentu. Pada materi daur hidup litik dan lisogenik virus dibutuhkan gambar-gambar yang menunjang tahap-tahap virus berkembang biak yang pada tujuan akhirnya peserta didik dapat menjelaskan rentetan peristiwa tahap-tahap perkembangbiakan virus baik secara litik maupun lisogenik. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat mengakomodir kelemahan penggunaan media presentasi tetapi dapat memberikan gambaran visual yang memadai bagi peserta didik agar indikator pencapaian materi pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar dapat tercapai dengan baik . Model pembelajaran kartu berpasangan pada materi ciri-ciri, replikasi dan peranan virus dalam kehidupan diharapkan dapat menjadi solusi terbaik untuk mengatasi kelemahan pada media presentasi. Walaupun pada satu sisi visualisasi daur hidup virus dengan animasi atau video animasi pada media presentasi tidak dapat tertandingi . Namun pemilihan model pembelajaran kartu berpasangan cukup beralasan karena adanya beberapa kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran kartu berpasangan diantaranya : Penggunaan model pembelajaran kartu berpasangan tidak tergantung dengan ketersediaan arus listrik. Peserta didik dapat terlibat secara aktif selama simulasi kartu berpasangan baik kegiatan kolaborasi maupun konfirmasi. Penggunaan model pembelajaran kartu berpasangan dapat mengurangi kebosanan peserta didik selama KBM berlangsung. Penggunaan model pembelajaran kartu berpasangan dapat menggali asfek afektif peserta didik dengan baik. Pemilihan gambar-gambar yang baik dapat mewakili visualisasi rentetan peristiwa tahap-tahap daur litik dan lisogenik virus , sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai . Model pembelajaran kartu berpasangan (Make a Match) merupakan salah satu bentuk Cooperative Learning. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Kartiwi 2011: 7 dalam skripsinya mengatakan bahwa : “ Penggunaan kartu berpasangan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran dan pada gilirannya dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa “. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu soal / kartu jawaban. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin . Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya akan mendapatkan sanksi , yang telah disepakati bersama. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang memegang kartu yang cocok. Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Dari uraian di atas terlihat bahwa penggunaan kartu berpasangan mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan ( Joyfull Learning ) . Selain itu terjadi interaksi peserta didik dengan peserta didik secara aktif , baik kerjasama di dalam kelompok kecil , maupun adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok besar (klasikal) . Tetapi model pembelajaran kartu berpasanganpun mempunyai sedikit kelemahan yaitu: Guru harus terampil memberikan bimbingan kepada peserta didik selama kegiatan simulasi agar tujuan kompetensi yang diinginkan tercapai. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai peserta didik terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyiapkan alat / bahan yang memadai. Demikian pengalaman saya menerapkan model pembelajaran kartu berpasangan, selamat mencoba dan berkarya untuk kemajuan dunia pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Biology Edumedia Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger